Di dunia bisnis, terutama di industri waralaba, tidak jarang kita mendengar cerita tentang sebuah brand besar yang dulu populer namun kini mengalami penurunan drastis, atau bahkan yang lebih parahnya, bangkrut. Meski banyak juga yang berhasil meraih kesuksesan, tidak sedikit pula yang terpaksa menutup banyak cabang atau berhenti beroperasi sama sekali. Beberapa contoh yang akan Mindo bahas di bawah ini adalah waralaba lokal bangkrut atau yang mengalami penurunan drastis. Apa sebenarnya yang menyebabkan fenomena ini? Dan bagaimana cara memilih waralaba yang tepat agar tidak bernasib serupa?
Mengapa Banyak Waralaba Lokal Bangkrut?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan banyak waralaba lokal yang mengalami penurunan drastis bahkan bangkrut. Beberapa faktornya adalah:
- Persaingan yang semakin ketat: Munculnya merek-merek baru dengan inovasi lain yang jauh lebih menarik membuat konsumen banyak yang beralih.
- Perubahan tren: Tren konsumen yang berubah dengan sangat cepat mampu membuat sebuah merek tertinggal jika tidak mampu beradaptasi dengan baik.
- Manajemen yang kurang baik: Masalah-masalah internal yang terjadi, seperti manajemen yang buruk, keuangan yang tidak sehat, atau bahkan sistem operasional yang tidak efektif bisa menjadi penyebab utama gagalnya sebuah waralaba.
- Sempat merebaknya pandemi COVID-19: Pembatasan mobilitas dan penurunan daya beli masyarakat yang terjadi pada saat pandemi COVID-19 memberi dampak yang sangat signifikan terhadap berbagai sektor bisnis, termasuk waralaba.
3 Waralaba Lokal yang Kini Mulai Redup
1. Warunk Upnormal: Dari Tren Menjadi Meredup
Warunk Upnormal adalah salah satu brand yang pernah menjadi tren yang sangat populer di Indonesia. Dengan konsep kafe yang menyajikan berbagai jenis makanan ringan, terutama Indomie, Warunk Upnormal sukses menarik perhatian banyak konsumen, terutama di kalangan anak muda.
Namun, seiring berjalannya waktu, Warunk Upnormal mulai mengalami penurunan. Salah satu alasannya adalah mulai menurunya minat konsumen terhadap menu-menu yang disajikan, yang dirasa sangat monoton dan kurang inovasi.
Selain itu, masalah lain juga menjadi faktor, diantaranya pengelolaan cabang dan persaingan yang semakin ketat menyebabkan penurunan jumlah pengunjung, hingga akhirnya merekapun menutup beberapa gerainya.
2. Menantea: Teh yang Mulai Kehilangan Pelanggan
Menantea, sebuah waralaba yang menawarkan berbagai jenis minuman teh juga pernah menjadi salah satu merek yang sangat digemari banyak konsumennya. Minuman teh kekinian ini menawarkan berbagai macam varian rasa dan sempat berhasil menjadi salah satu pelopor dalam kategori minuman teh di Indonesia.
Sayangnya, meski dulunya menjadi pilihan bagi penggemarnya, kini mereka mulai kehilangan daya tarik. Banyak cabang yang terpaksa tutup karena persaingan yang semakin ketat dengan brand-brand yang menjual produk serupa. Selain itu, munculnya banyak tren baru yang lebih diminati, seperti bubble tea, membuat konsumen mulai beralih ke pilihan minuman lain yang lebih beragam dengan harga yang lebih terjangkau.
3. Bakso Boedjangan Jadi Salah Satu Waralaba Lokal yang Bangkrut?
Bakso Boedjangan merupakan salah satu brand bakso yang pernah sangat populer di Indonesia. Bakso Boedjangan berhasil menarik perhatian banyak konsumennya dengan berbagai menu bakso kekinian dengan tambahan topping-topping yang menarik.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu, persaingan semakin ketat dan konsumen mulai merasa bahwa variasi menu di Bakso Boedjangan kurang inovasi. Banyak cabang yang akhirnya terpaksa ditutup, namun kabarnya kini brand ini sedang berjuang untuk kembali bangkit dari penurunan yang dialami.
Tips Memilih Waralaba yang Tepat
Dari contoh beberapa brand yang mengalami penurunan drastis di atas, penting bagi calon pengusaha untuk berhati-hari dalam memilih waralaba. Berikut beberapa tips memilih franchise yang tepat:
1. Analisis Sistem Manajemen
Pastikan franchise yang Anda pilih memiliki sistem manajemen yang baik dan mendukung dari pusat, seperti pelatihan, pemasaran, dan sistem operasionalnya, demi menjaga kualitas brand Anda.
2. Perhatikan Tren Pasar dan Inovasi
Pahami tren pasar saat ini agar dapat beradaptasi dengan perubahan tren konsumen.
3. Pilih Waralaba dengan Produk yang Tidak Musiman
Jangan terjebak dengan produk yang hanya populer dalam kurun waktu tertentu. Pilihlah produk yang konsisten disukai pasar sepanjang tahun, misalnya Ayam Geprek.
Jika Anda ingin menghindari risiko bangkrut dan memilih franchise yang lebih stabil dan tidak musiman, Franchise Ayam Geprek Doyan Ayam bisa menjadi pilihan yang tepat. Dengan produk ayam yang selalu digemari, Doyan Ayam memiliki peluang besar untuk terus bertahan dan berkembang. Untuk informasi selanjutnya tentang franchise Doyan Ayam, klik di sini atau hubungi Mindo di nomor WhatsApp 0838-3106-5888.
Baca juga:
Meningkatkan Customer Experience, Kunci Loyalitas Pelanggan
3 Cara Memulai Bisnis Makanan, Mana Pilihan Terbaik?
10 Waralaba Indonesia yang Go International, dari Es Teler sampai Ayam Geprek